Pendahuluan
Di
Jawa Tengah tanaman kelapa termasuk komoditas yang potensial, semua kabupaten berpotensi
dengan komoditas ini terutama pada daerah pantai dan banyak ditanam/diusahakan
oleh rakyat, sebagian kecil yang diusahakan oleh Perusahaan Perkebunan. Dalam
pembudidayaan tanaman ini tentunya ada kendala yang dihadapi oleh petani
perkebunan yaitu serangan hama dan penyakit yang dapat merusak tanaman dan
mengakibatkan rendahnya produksi kelapa.
Salah
satu hama penting/utama yang sering kita jumpai dan secara ekonomis merugikan
yaitu Kumbang Kelapa Oryctes rhinoceros (Wangwung). Kumbang ini senang hidup
pada tempat-tempat sampah, limbah kayu, timbunan kotoran ternak, tumpukan
jerami, tunggul/pohon kelapa yang telah mati dsb. Tempat tersebut dijadikan
sarang aktif juga tempat perkembangbiakan mulai dari telur, larva, pra pupa
hingga pupa (kempompong). Kumbang dewasa (imago) dapat menyerang semua jenis
tanaman kelapa seperti kelapa dalam, kelapa genjah, maupun hibrida. Saat ini
belum ada tanaman kelapa yang tahan serangan hama ini.
Gejala
Serangan
Daun
yang terserang Oryctes sp nampak seakan-akan tergunting, akan lebih jelas
terlihat sesudah pelepah daun terbuka dan bentuk guntingan membentuk huruf V,
hal ini merupakan ciri khas dari serangan kumbang ini. Stadia yang membahayakan
adalah pada stadia dewasa (kumbang).
Kumbang
dewasa akan terbang keatas menuju bagian tajuk kelapa pada malam hari dan mulai
bergerak ke bagian dalam melalui salah satu ketiak pelepah bagian atas tajuk.
Biasanya ketiak pelepah ketiga, keempat atau kelima merupakan tempat masuk yang
paling disukai.
Penyebab
Serangan
Wangwung (Oryctes rhinoceros) dewasa merusak bagian
pucuk pelepah daun kelapa, sedangkan larva sampai pupa hidup pada tempat sarang
timbunan kotoran hewan, sampah, jerami, tunggul kelapa batang kelapa yang mati
sehingga tidak berpotensi merusak tanaman kelapa
Biologi
dan Morpologi
Dalam perkembangbiakan kumbang ini
melalui 4 stadia, yaitu :
1.
Telur
Bentuk lonjong,
warna putih dan diliputi oleh butiran tanah. Panjang 3-3,5 mm, lebar 2 mm.
Menjelang menetas panjangnya ± 4 mm lebar ± 3 mm, bagian kepala berwarna coklat
stadium telur lamanya 11-13 hari.
2.
Larva
Yang
baru menetas berwarna putih bagian kepala merah kecoklatan panjang 7-8 mm,
sudah dewasa panjang 60-105 mm, lebar 25 mm, bentuk badan membengkak ujung
perut (abdomen) membentuk kantong badan larva ditumbuhi rambut-rambut pendek.
Larva membutuhkan waktu antara 2-4 bulan untuk menjadi pupa.
3.
Pupa
(kepompong)
Berwarna
coklat panjang 45-50 mm lebar 22 mm. Bakal alat mulut, bakal sayap, dan bakal tungkai
terlihat jelas. Pada bagian kepala juga nampak culanya. Kepompong terdapat
dalam kokon yang terbuat dari tanah. Lama stadium pupa 19-21 hari. Kumbang yang
baru terbentuk tidak segera keluar, tapi masih terlindung dalam kokon selama
14-28 hari.
4.
Imago
Berwarna
hitam, bagian bawah berwarna coklat kemerahan panjang 4-5 cm dan lebar 2-2,5
cm. Kumbang jantang bercula lebih panjang dari yang betina sekitar ekor tidak
berambut atau gundul. Ciri khas kumbang betina sekitar ekor berambut lebat.
Kumbang mencari makan terbang kepucuk pohon kelapa dan terjadi perkewaninan,
sedangkan kalau mau bertelur kebawah menuju sampah, limbah atau kotoran hewan.
Waktu terbang biasanya sekitar jam 18.00 - 19.00, kumbang juga tertarik pada
cahaya dan tidak terbang jauh, maka memilih sampah yang terdekat. Umur kumbang
sekitar 4-4,5 bulan, yang betina mulai bertelur pada umur 20-62 hari setelah
meninggalkan kokon jumlah telur mencapai 70-80 butir.
Pengendalian
Tanaman yang telah terserang lebih sulit
dikendalikan dibandingkan pencegahan. Sekali terserang eksplosi memakan waktu
lama untuk sehat kembali, hal ini karena masa hidup kumbang yang lama serta
pertumbuhan pelepah tanaman kelapa sebagai penggani pelepah yang rusak
berlangsung perlahan.
Pengendalian secara skala prioritas dapat dilakukan melalui
tahapan sbb :
a.
Sanitasi
Dengan cara pembersihan atau pemusnahan
semua tempat yang mungkin menjadi tempat perkembangbiakan, atau berkembangnya
larva seperti yang telah dikemukakan dimuka mengenai hidupnya larva. Tanaman
mati yang membusuk, pohon kelapa yang tumbang hendaknya dipotong-potong,
dibakar atau ditimbun dengan tanah. Jika bahan tanaman akan dipakai untuk
pembuatan kompos dan diperkirakan berpotensi terdapat telur atau larva Oryctes
diperlukan perlakuan insektisida sebagai tindakan pencegahan.
b. Penggunaan Agnesia
Cendawan Metarhicium Anisopliae
Cendawan ini bersifat
alami, aman bagi lingkungan (karena spesifik). Cara kerja cendawan adalah
setelah larva hama Oryctes melalui makan kemasukan spora/konidium jamur
Metarhicium, makan jamur akan mengifeksi larva hama. Larva hama yang terinfeksi
akan mengalami sakit, selanjutnya akan mati dan jika matinya karena jamur, maka
akan kering dan berwarna hijau.
c.
Penggunaan
Pestisida Kimiawi
Penggunaan pestisida
diprioritaskan terhadap serangan yang sifatnya eksplosi (serangan berat).
Diusahakan pemakaian pestisida alternatif terakhir, bila cara pengendalian lain
dirasakan sudah kurang manjur. Dalam pelaksanaannya harus secara bijaksana
artinya baik dosis, kepekatan larutan maupun cara aplikasinya. Penggunaan
pestisida guna mengendalikan hama kumbang Oryctes dapat menggunakan insektisida
karbofuran 1% dicampur serbuk gergaji, caranya campuran tersebut ditarburkan kedalam
6 ketiak pelepah teratas dari kelapa-kelapa muda yang terserang. Penaburan
dilakukan setiap 2 bulan sekali.
Asw
BalasHapus