Social Icons

Pages

Senin, 27 Februari 2012

HAMA KUMBANG KELAPA WANGWUNG (ORYCTES RHINOCEROS)




Pendahuluan
          Di Jawa Tengah tanaman kelapa termasuk komoditas yang potensial, semua kabupaten berpotensi dengan komoditas ini terutama pada daerah pantai dan banyak ditanam/diusahakan oleh rakyat, sebagian kecil yang diusahakan oleh Perusahaan Perkebunan. Dalam pembudidayaan tanaman ini tentunya ada kendala yang dihadapi oleh petani perkebunan yaitu serangan hama dan penyakit yang dapat merusak tanaman dan mengakibatkan rendahnya produksi kelapa.
          Salah satu hama penting/utama yang sering kita jumpai dan secara ekonomis merugikan yaitu Kumbang Kelapa Oryctes rhinoceros (Wangwung). Kumbang ini senang hidup pada tempat-tempat sampah, limbah kayu, timbunan kotoran ternak, tumpukan jerami, tunggul/pohon kelapa yang telah mati dsb. Tempat tersebut dijadikan sarang aktif juga tempat perkembangbiakan mulai dari telur, larva, pra pupa hingga pupa (kempompong). Kumbang dewasa (imago) dapat menyerang semua jenis tanaman kelapa seperti kelapa dalam, kelapa genjah, maupun hibrida. Saat ini belum ada tanaman kelapa yang tahan serangan hama ini.
Gejala Serangan
          Daun yang terserang Oryctes sp nampak seakan-akan tergunting, akan lebih jelas terlihat sesudah pelepah daun terbuka dan bentuk guntingan membentuk huruf V, hal ini merupakan ciri khas dari serangan kumbang ini. Stadia yang membahayakan adalah pada stadia dewasa (kumbang).
          Kumbang dewasa akan terbang keatas menuju bagian tajuk kelapa pada malam hari dan mulai bergerak ke bagian dalam melalui salah satu ketiak pelepah bagian atas tajuk. Biasanya ketiak pelepah ketiga, keempat atau kelima merupakan tempat masuk yang paling disukai.
Penyebab Serangan
          Wangwung  (Oryctes rhinoceros) dewasa merusak bagian pucuk pelepah daun kelapa, sedangkan larva sampai pupa hidup pada tempat sarang timbunan kotoran hewan, sampah, jerami, tunggul kelapa batang kelapa yang mati sehingga tidak berpotensi merusak tanaman kelapa
Biologi dan Morpologi
Dalam perkembangbiakan kumbang ini melalui 4 stadia, yaitu :
1.    Telur
Bentuk lonjong, warna putih dan diliputi oleh butiran tanah. Panjang 3-3,5 mm, lebar 2 mm. Menjelang menetas panjangnya ± 4 mm lebar ± 3 mm, bagian kepala berwarna coklat stadium telur lamanya 11-13 hari.
            2.    Larva
Yang baru menetas berwarna putih bagian kepala merah kecoklatan panjang 7-8 mm, sudah dewasa panjang 60-105 mm, lebar 25 mm, bentuk badan membengkak ujung perut (abdomen) membentuk kantong badan larva ditumbuhi rambut-rambut pendek. Larva membutuhkan waktu antara 2-4 bulan untuk menjadi pupa.
           3.    Pupa (kepompong)
     Berwarna coklat panjang 45-50 mm lebar 22 mm. Bakal alat mulut, bakal sayap, dan bakal tungkai terlihat jelas. Pada bagian kepala juga nampak culanya. Kepompong terdapat dalam kokon yang terbuat dari tanah. Lama stadium pupa 19-21 hari. Kumbang yang baru terbentuk tidak segera keluar, tapi masih terlindung dalam kokon selama 14-28 hari.
           4.    Imago
     Berwarna hitam, bagian bawah berwarna coklat kemerahan panjang 4-5 cm dan lebar 2-2,5 cm. Kumbang jantang bercula lebih panjang dari yang betina sekitar ekor tidak berambut atau gundul. Ciri khas kumbang betina sekitar ekor berambut lebat. Kumbang mencari makan terbang kepucuk pohon kelapa dan terjadi perkewaninan, sedangkan kalau mau bertelur kebawah menuju sampah, limbah atau kotoran hewan. Waktu terbang biasanya sekitar jam 18.00 - 19.00, kumbang juga tertarik pada cahaya dan tidak terbang jauh, maka memilih sampah yang terdekat. Umur kumbang sekitar 4-4,5 bulan, yang betina mulai bertelur pada umur 20-62 hari setelah meninggalkan kokon jumlah telur mencapai 70-80 butir.
Pengendalian
          Tanaman yang telah terserang lebih sulit dikendalikan dibandingkan pencegahan. Sekali terserang eksplosi memakan waktu lama untuk sehat kembali, hal ini karena masa hidup kumbang yang lama serta pertumbuhan pelepah tanaman kelapa sebagai penggani pelepah yang rusak berlangsung perlahan.
          Pengendalian secara skala prioritas dapat dilakukan melalui tahapan sbb :
a.    Sanitasi
     Dengan cara pembersihan atau pemusnahan semua tempat yang mungkin menjadi tempat perkembangbiakan, atau berkembangnya larva seperti yang telah dikemukakan dimuka mengenai hidupnya larva. Tanaman mati yang membusuk, pohon kelapa yang tumbang hendaknya dipotong-potong, dibakar atau ditimbun dengan tanah. Jika bahan tanaman akan dipakai untuk pembuatan kompos dan diperkirakan berpotensi terdapat telur atau larva Oryctes diperlukan perlakuan insektisida sebagai tindakan pencegahan.
           b.    Penggunaan Agnesia Cendawan Metarhicium Anisopliae
Cendawan ini bersifat alami, aman bagi lingkungan (karena spesifik). Cara kerja cendawan adalah setelah larva hama Oryctes melalui makan kemasukan spora/konidium jamur Metarhicium, makan jamur akan mengifeksi larva hama. Larva hama yang terinfeksi akan mengalami sakit, selanjutnya akan mati dan jika matinya karena jamur, maka akan kering dan berwarna hijau.
           c.    Penggunaan Pestisida Kimiawi
Penggunaan pestisida diprioritaskan terhadap serangan yang sifatnya eksplosi (serangan berat). Diusahakan pemakaian pestisida alternatif terakhir, bila cara pengendalian lain dirasakan sudah kurang manjur. Dalam pelaksanaannya harus secara bijaksana artinya baik dosis, kepekatan larutan maupun cara aplikasinya. Penggunaan pestisida guna mengendalikan hama kumbang Oryctes dapat menggunakan insektisida karbofuran 1% dicampur serbuk gergaji, caranya campuran tersebut ditarburkan kedalam 6 ketiak pelepah teratas dari kelapa-kelapa muda yang terserang. Penaburan dilakukan setiap 2 bulan sekali.
      

1 komentar: