Ada
yang bilang, jika masuk ke desaku, serasa kembali ke zaman dulu. Kenapa begitu?
Aku akan gambarkan suasana desaku, desa adat Tenganan Pegeringsingan,
Karangasem, Bali.
Begitu
melewati pintu masuk desa, kita akan menjumpai halaman luas. Memang, desaku
membujur lurus dari utara ke selatan seperti halaman yang sangat besar.
Rumah-rumah kami terletak di kanan kiri halaman besar itu. Rumah kita berdiri
berdembetan.
Di
halaman bagian selatan, beberapa orang dewasa desa kami menjual gulungan
lontar. Mereka duduk menghadap meja kecil dan asyik menulis dalam
lembaran-lembaran daun lontar. Lontar adalah daun yang digunakan sebagai media
tulis zaman nenek moyang kita dulu. Fungsinya seperti kertas pada zaman kita
sekarang. Lontar yang dijual ada yang asli dari zaman dulu, ada juga yang baru.
Lontar yang baru ada yang ditulis kutipan Weda, kalender Bali, atau kisah
Ramayana.
Masuk
sedikit ke arah utara, kita akan melewati batuan berundak. Di sebelah kiri,
kita akan jumpai bale banjar. Bangunan bale banjar ini terbuat dari kayu.
Bangunannya terdiri dari pondasi batu. Atapnya ijuk. Tepat di tengah halaman
luas itu terdapat saluran air dan beberapa bangunan untuk kepentingan upacara adat.
Jangan kaget kalau kamu menjumpai kerbau berkeliaran bebas di halaman utama
desaku. Memang seperti itulah pemandangan sehari-hari di sini. Desaku ini
terkenal sebagai desa Bali Aga. Artinya, desa Bali yang masih asli. Yakni,
masih menjaga adat istiadat nenek moyang.
Menjaga
adat istiadat sudah menjadi kewajiban bagi kami. Begitulah sebagian dari cara
kami berterima kasih pada leluhur. Leluhur kami dulu sudah bersusah payah
menyediakan tempat tinggal bagi kami. Kamu tahu, sebenarnya, kami hidup
menumpang di desa ini. Kami tidak memiliki hak atas tanah. Semuanya adalah
milik desa.
Desaku
memiliki buah tangan yang terkenal, yakni kain pegeringsingan. Kain
pegeringsingan adalah kain tenun ikat khas Tenganan. Kain ini harganya bisa
sampai jutaan. Itu karena proses pembuatan kain ini cukup rumit dan lama.
Apalagi kalau proses pewarnaannya masih dengan bahan alami. Wah, harganya
semakin mahal.
Kain
pegeringsingan biasanya dipakai jika ada upacara, untuk menari, atau ketika
festival perang pandan. Banyak rumah di sini yang menjual kain pegeringsingan
dan aneka kerajinan. Dagangan itu di gelar di halaman rumah. Aturan desa
melarang kami membangun emperan, apalagi menggelar dagangan di luar rumah.
Jadi, kalau mau beli silakan masuk rumah kami. Cari saja yang ada papan
penunjuknya. Jangan ragu-ragu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar