KH. Bisri Syansuri dilahirkan oleh wanita bernama Mariah dan ayahnya bernama Syansuri, pada tanggal 28 Dzulhijjah 1304 H/18 September 1886 M di Desa Tayu Wetan, Pati.
Pada usia 7 tahun KH. Bisri Syansuri mulai rajin belajar agama secara teratur. Disamping itu dia belajar membaca Al-Qur’ an dengan fasih dari gurunya yang bernama KH. Shaleh di desa Tayu, Pati. Di usia ke 9 tahun ia telah mahir membaca Al-Qur’ an dengan sempurna. Selanjutnya ia meneruskan belajar kepada Kyai Abdul Salam seorang hafidz (hafal) Al-Qur’ an dan ahli fikih. Menginjak usia ke 15 tahun KH. Bisri Syansuri pindah pesantren dan belajar pada KH. Kholil di Demangan Bangkalan, ulama besar Madura yang terkenal sebagai “Waliyullah”
KH. Bisri Syansuri belajar untuk memperdalam kitab-kitab agama Islam di usia antara 19 sampai 23 tahun. Sehingga, meskipun masih muda ia sudah menguasai ilmu Al-Qur’ an, al-Hadis, Balaghah, Fikih, Ushul, Tasawuf dan ilmu alat.
Ia juga melanjutkan belajar di Tebuireng (Jombang). Di sana terjalin hubungan erat antara KH. Hasyim Asy’ ari dan KH. Bisri Syansuri. Ketika menginjak usia 24 tahun. KH. Bisri Syansuri pergi dan bermukim di Mekah selama 4 tahun untuk memperdalam ilmu agamanya.
Setelah pulang dari tanah suci (1917), KH. Bisri Syansuri mulai aktif mengajar sebagai kyai Ponpes Denanyar-Jombang. Berawal dari sinilah ia mengembangkan pesantren putra dan putri, hingga sekarang menjadi pesantren besar.
Kehidupan sehari-hari KH. Bisri Syansuri hanya bertani. Istrinya adalah adik dari KH. Wahab Hasbullah, yang juga mertua KH. Abdul Wahid Hasyim, dan menjadi besan dari KH. Hasyim Asy’ ari.
Perjuangan dan Jasanya :
1. KH. Bisri Syansuri termasuk salah satu tokoh pendiri NU pada tahun 1926.
2. Tahun 1942 NU dibubarkan oleh Jepang, KH. Bisri Syansuri termasuk pejuang gigih yang berusaha menghidupkan NU kembali. Sehingga pada tahun 1943 NU diperbolehkan berjalan kembali.
3. KH. Bisri Syansuri pernah menjdi pengurus pusat Majelis Syuro Muslimin Indonesia (Masyumi) di Jakarta tahun 1942.
4. Pada zaman revolusi, ia pernah menjadi Kepala Markas Pertahanan Hisbullah Sabilillah (MPHS) di Jawa Timur dan merangkap wakil Kepala MUDT (markas Ulama Djawa Timur).
5. Setelah beberapa lama menjadi anggota DPR Kabupaten Jombang, dalam pemilu 1955 ia terpilih menjadi anggota konstituante.
6. Pernah terpilih menjadi Rois ‘Am Pimpinan Besar Nahdhatul Ulama (PBNU) sejak KH. Wahab Hasbullah wafat.
7. Menjadi Rois ‘Am Partai Persatuan Pembangunan (PPP) sejak berdirinya tahun 1973.
8. Pernah menjadi anggota DPR RI dan orang pertama yang mengusulkan tanda gambar ka’bah untuk PPP dalam pemilu 1977.
KH. Bisri Syansuri merupakan ulama besar sekaligus seorang politikus ulung. Ia wafat pada hari Jum’ at tanggal 25 April 1980 di Jombang dengan meninggalkan Ponpes besar Dananyar-Jombang. Pesantren tempat mengabdi dan berbakti selama hidupnya. Nama KH. Bisri Syansuri harum sampai sekarang sebagai pejuang NU.
Senin, 16 Januari 2012
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar