Social Icons

Pages

Rabu, 04 Januari 2012

BUNGA KENANGAN


       Wafa melangkah riang menuju taman komplek rumahnya. hampir setiap hari Wafa mengunjungi taman yang penuh bunga-bunga indah itu. ia sampai berteman akrab dengan Mang Otay, penjaga taman itu. Kebiasan Wafa ini bermula sejak dia berpindah dari Jakarta, dua bulan yang lalu. Di hari-hari pertama tinggal di komplek itu, Wafa bersepeda keliling mencari teman sebaya. Setelah lelah berkeliling ia beristirahat di taman itu. Saat itu, tak sengaja Wafa menemukan serumpun bunga yang sangat indah. Sayangnya rumpun bunga itu hampir layu dan tertutup rumput-rumput liar.
       Ketika menyibak rumpun bunga itu, Wafa melihat pagar-pagar kayu kecil penahan rumpun bunga itu. Pagar-pagar itu tampak tak terurus. Entah mengapa, saat itu dia merasa tak rela melihat rumpun bunga seindah itu menjadi layu.
Wafa lalu menanam rumpun bunga itu “ Flowy”. Begitu, asal mula persahabatan dengan “Flowy” serumpun bunga di taman komplek.
       “Hai, Flowy! Hari senang banget! Ayah janji mau ngasih Wafa satu paket ensiklopedi. Wah, sudah lama Wafa ingin ensiklopedi itu!” cerita Wafa berapi-api. Ia selalu bercakap dan memperlakukan Flowy sama seperti manusia.
       “Ehm, lagi jurhat sama Flowy, ya?, sapa sebuah suara.
       “Eh, Mang Otay. Iya nih, Wafa lagi senang, soalnya ayah mau kasih ensiklopedi baru buat Wafa,” jawab Wafa seria.
       Mang Otay tersenyum, “Oh, ya Neng! Tadi Mamang menemukan surat di dekat pagar Flowy,” kata Mang Otay seraya menyerahkan sebuah amplop biru berbunga dan wangi. Hmmm, kira-kira dari siapa, ya?
       Meski tak seindah mawar dan tak sewangi melati, tolong selalu jaga. Terima kasih atas kebaikanmu selama ini…..
       Wafa tertegun membaca surat tanpa nama pengirim itu. Ia berberfikir keras. Mana mungkin Flowy ynag mengirim sura? Flowy kan Cuma serumpun bunga? Mmm, mungkin selama ini ada orang yang memperhatikanku? Wafa jadi penasaran.
       Hari-hari  berikutnya, Wafa menerima surat-surat dengan ampolp wangi yang sama. Isinya macam-macam. Jika Wafa sedang bersedih dan bercerita pada Flowy, penulis surat itu menulis kata yang memberi semangat. Jika Wafa menceritakan masalah yang dialami, pengirim surat itu membirakan jalan keluar untuk masalahnya. Pokoknya, seakan Flowy-lah yang mengirim surat itu, sebagai rasa terima kasih karena Wafa telah merawatnya.
       Selama menerima surat itu, Wafa jadi tambah semangat merawat bunga. Tidak hanya Flowy. Setiap melihat ada bunga yang hampir layu, ia rawat dengan baik sampai bunga itu segar kembali.
       “Fa, kenapa, sih, sekarang kamu jadi sering bawa bunga yang hampir mati?” Tanya ibu suatu hari.
       “Hehe… Wafa, kan, ingin jadi dokter bunga, Bu!” jawab Wafa. Ibu hanya tersenyum mendengarnya.
       Surat-surat yang diterima Wafa selama ini, ternyata membuat Wafa berubah. Ia menjadi anak yang ceria dan bersemangat. Wafa jadi penasaran, ingin bertemu si pengirim surat. Wafa lalu membuat surat, yang berisi keinginan untuk bertemu. Surat di taruh di dekat pagar Flowy.
       Sayangnya Wafa tidak mendapat surat balasan. Berhari-hari Wafa menunggu, namun tak ada lagi surat untuknya. Sampai satu bulan kemudian, Wafa kembali menemukan sehelai kertas yang bertulisan, “Namaku Wima. Penasaran, dating ke jalan Seruni no. 42.” Meski heran dengan kata-kata di kertas itu, Wafa memutuskan untuk mengunjungi rumah itu.
       Ketika Wafa sampai di rumah itu, seorang ibu muda menyambutnya. Wafa menanyakan Wima. Anehnya, ibu muda itu malah menangis.
       “Tante adalah ibu Wima, Nak! Sebernanya Tante yang menulis surat-surat itu. Tante tahu tentang kamu dari Mang Otay, yang sering mendengar curhat kamu! Wima sebetulnya sudah meninggal dua tahun lalu karena leukemia. Kalau ia masih hidup, dia sudah seusia kamu. Dulu ia seperti kamu, suka sekali merwat bunga. Bunga kesayangannya adalah bunga di taman yang kamu namakan Flowy, itu! Tante ingin kamu tetap merawat bunga itu. Karena setiap Tante melihat bunga itu segar, Tante merasa seakan Wima masih hidup.”
       Wafa terkejut mendengar cerita sedih itu.
       “Wafa janji Tante akan selalu merawat Flowy. Mungkin Tante sudah tidak bias melihat Wima. Tapi Tante masih bias melihat Flowy sebagai kenang- kenangan dari Wima,” kata Wafa tersenyum tulus. Ia berjanji di dalam hati, untuk selalu berkunjung dan menghibur ibu Wima.     

Tidak ada komentar:

Posting Komentar